Derap Langkah Kebencanaan

Akhir tahun 2020 LDD KAJ memulai perubahan baru, pelayanan yang dulu berbentuk biro berubah menjadi divisi. Hal ini bertujuan agar setiap divisi bisa bergerak lebih luwes dalam memberi pelayanan pada warga dampingan. Tidak hanya terfokus pada tiap divisi saja, namun dimungkinkan untuk bekerjasama antar lintas divisi.

Tahun Ini merupakan tahun pertama LDD KAJ memiliki divisi kebencanaan yang terdiri dari 2 orang, yaitu saya (Dian Susanti) sebagai staf dan Pipit Prahoro sebagai Kepala Divisi.  

Ketika saya mulai terlibat aktif di divisi kebencanan, saya masih bingung karena dulu hanya bekerja pada saat terjadi bencana saja, tapi sekarang harus melakukan kegiatan pra bencana dan berkoordinasi dengan para relawan tidak hanya saat tanggap darurat saja.

Awal tahun kegiatan kebencanaan dalam konteks yang besar telah dimulai sejak terjadi gempa bumi di Sulawesi Barat, tepatnya Majene dan Mamuju.  Saat itu tim saya (Pipit Prahoro) berangkat ke ke Mamuju untuk membantu di Pos Kemanusiaan Jaringan Caritas Indonesia. Sementara saya bertugas membuat laporan harian tentang kondisi terkini di wilayah tersebut. Sejujurnya saya bingung, karena sebelumnya saya tidak pernah berkecimpung di kebencanaan secara utuh.  Tidak pernah membuat laporan situasi (situation report) yang menjelaskan secara detail tentang data-data di wilayah bencana.

Saat itu saya dibantu salah satu staf dari Divisi Karitatif, Stefanus (Stevo) yang mengajari saya tentang peta bencana, bagaimana membaca dan membuatnya. Bersama Stevo saya juga melakukan kegiatan tanggap darurat ketika terjadi kebakaran di wilayah Muara Angke dengan jumlah warga terdampak berjumlah 16 Kepala Keluarga (47 Jiwa). Saat datang ke wilayah kebakaran, saya merasa tidak nyaman, ada rasa takut dan khawatir,  takut membuat orang tersinggung dengan kehadiran kami. Untuk mendapatkan data yang valid mengharuskan kami bertanya-tanya tentang kebakaran tersebut.  Saya coba memberanikan diri untuk bertanya, mencari tau dari tetangga sekitar tempat kebakaran. Saya cukup kagum dengan banyaknya orang yang tergerak untuk turut membantu para korban kebakaran. Dengan cepat mereka membantu dengan apa yang mereka bisa lakukan, meski hanya meminjamkan berandanya untuk dijadikan tempat tidur sementara. Kami dengan cepat melakukan asesmen dan menyerahkan bantuan yang masih mereka butuhkan, seperti selimut dan terpal. 

Kegiatan saya selanjutnya adalah melakukan observasi dan pengamatan untuk menjajaki kemungkinan wilayah Kebun Sayur untuk dijadikan kampung tangguh.  Saya mencoba menyusuri wilayah tersebut tanpa didampingi oleh tokoh dari Kebun Sayur.  Kebanyakan warga di Kebon Sayur bekerja di rumah-rumah yang menjadi sarang wallet. Beberapa warga juga bekerja sebagai buruh harian di pabrik lampu LED. Ada juga warga yang bekerja mengelem sepatu.  Kondisi di kampung tersebut dari pagi hingga siang sangatlah sepi, hal ini berbeda bila hari sudah sore maupun malam hari. Menjelang malam maka akan terlihat hiruk pikuk warga yang sudah pulang dari bekerja. 

Bencana yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada awal April 2021 disikapi oleh P Christoforus Kristiono Puspo SJ selaku Direktur LDD KAJ dengan membuka gerakan Compassion For NTT.  Sejak tanggal 8 hingga 30 April 2021 dibuka posko Compassion For NTT dengan tujuan mengakomodir kepedulian umat di KAJ atau siapa saja yang mau mendonasikan bantuan dana, bahan makanan, obat-obatan dan lain-lainnya. Saya dipercaya ,menjadi penanggung jawab program ini. Sebuah kepercayaan yang luar biasa untuk saya. Setiap hari saya banyak bertemu dengan para donatur yang sangat antusias membantu meringankan beban warga terdampak di NTT.  Saya beruntung mendapat bantuan dari para relawan yang silih berganti datang ke LDD KAJ.  Di sela-sela kesibukan mereka, para relawan ini membantu saya menerima barang bantuan dari umat, secara pribadi maupun kelompok, bahkan dari perusahaan yang datang membawa barang-barang bantuan tersebut.  Saya kagum dengan semangat mereka yang dengan sukarela dan iklas hati membantu hingga pengiriman barang-barang melalui Pool Peti Kemas Meratus.

Tercatat ada 14 relawan yang berasal dari berbagai latar belakang dan wilayah.  Ada yang berasal dari paroki, namun ada juga yang datang dari non Katolik. Saya merasa posko Compassion For NTT sangat kaya dengan kebersamaan dan keberagaman, baik para donaturnya maupun relawannya. Tidak kurang dari 60 ton bantuan telah diberangkatkan ke NTT, semoga aksi bela ras ini mampu meringankan beban para saudara kita di sana.

Sebagai PIC program saya berterima kasih atas kerjasama seluruh pihak yang telah terlibat dalam posko Compassion For NTT ini.

Salam Tangguh.

Jakarta, 4 Mei 2021

Compassion For NTT – Relawan dan Donatur Berjalan Seiring

Dampak siklon tropis Seroja yang melanda Nusa Tenggara bagian timur dan sekitarnya telah menimbulkan kerugian harta benda dan korban jiwa. Lebih dari 100 orang meninggal dunia, ratusan orang mengalami luka, serta ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan mengungsi.  Ribuan ladang jagung dan gandum rusak berat, mengakibatkan beberapa daerah mengalami gagal panen. 

Menanggapi situasi ini Romo Ch. Kristiono Puspo SJ, Direktur Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta membentuk posko untuk melayani para donatur maupun umat yang berkeinginan menyumbangkan bantuan kepada para korban bencana alam di NTT.  Posko dibuka sejak tanggal 8 April 2021 dengan Koordinator Posko pelayanan adalah Dian Susanti, staf Divisi Kebencanaan LDD KAJ.

Bantuan mengalir setiap hari mulai pukul  8 pagi hingga pukul 5 sore hari di Gedung Karya Sosial KAJ, yang terletak di samping Gedung Karya Pastoral KAJ. Para relawan yang datang dari berbagai paroki maupun latar belakang dengan setia membantu LDD KAJ dalam mendata, packing dan loading ke atas truk yang kemudian dibawa ke Pool Meratus di Tanjung Priok, yang selanjutnya ke Larantuka dan Atambua melalui jalur laut. Silih berganti, tidak kurang dari 10 relawan meluangkan waktu di tengah kesibukan mereka masing-masing. Mereka berasal dari Paroki Cilangkap, Paroki Jagakarsa, Paroki Halim, Paroki Bekasi dan bahkan relawan lintas agama yang bukan beragama Katolik.

Selain relawan, peran serta para donatur juga tidak kalah pentingnya. Dengan berbagai cara para donatur tak henti-hentinya mewujudkan bela rasa dalam bentuk dana, sembako, selimut, pembalut, popok bayi, biskuit, obat-obatan, masker, pakaian baru, alas tidur, kasur lipat, kelengkapan mandi, serta susu untuk anak-anak maupun dewasa. Tidak kalah pentingnya donasi transportasi, yaitu pengangkutan dari LDD KAJ menuju Pool Meratus, Tanjung Priok.  Bukan hal mudah  menyediakan transportasi untuk memindahkan barang bantuan yang mencapai 15 ton beratnya. Diperlukan pengetahuan dan pengalaman tersendiri dalam hal transportasi. Namun kemurahan hati dan budi baik para donatur membuat segalanya terasa ringan.

Compassion for NTT telah menjadi sebuah gerak bersama dalam berbela rasa bagi sesama, tanpa ada yang merasa diutamakan atau disisihkan.  Seluruh pribadi yang terlibat menyadari tujuan utama dari gerakan ini, sehingga segala daya upaya dilakukan untuk meringankan beban saudara kita di NTT. 

Salam Bela Rasa. Salam Kemanusiaan.

LDD KAJ dan BPBD DKI Bersama-sama Membina dan Meningkatkan Kapasitas Relawan

Pada hari Senin, 15 Maret 2021 pukul 09:00 saya mengikuti pertemuan secara virtual melalui Zoom yang diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta.  Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan dalam rangka persiapan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengantisipasi bencana.

Sudah 4 tahun ini, sejak tahun 2017, LDD KAJ bermitra dengan BPBD DKI dalam kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana. Kegiatan tersebut meliputi pelatihan dan peningkatan kapasitas relawan dalam menghadapi bencana kebakaran, banjir maupun gempa,  sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)di sekolah-sekolah Katolik serta menjadi fasilitator dalam simulasi mandiri bencana gempa di Hari Kesiapsiagaan Bencan Nasional (HKBN) pada tanggal 26 April 2019 lalu.

Kegiatan di masa pandemi ini memang berbeda, seluruh kegiatan mengikuti protocol kesehatan yang telah ditetapkan.  Pertemuan yang biasa dilakukan di gedung BPBD DKI, sekarang dilakukan secara virtual, untuk menjaga jarak dan meminimalisir kontak fisik.

Saya teringat ketika kami menghadiri apel siaga banjir di lapangan Balai Kota DKI Jakarta pada hari Sabtu 14 Desember 2019 lalu. Kami bertemu dengan para relawan dari komunitas yang ada di DKI Jakarta, berfoto bersama dan mengikuti apel dengan penuh semangat demi kemanusiaan.  Semangat yang sama juga saya rasakan di pagi ini  meski secara virtual.  Sebanyak 40 peserta yang terdiri dari relawan LDD KAJ, relawan jaringan KAJ di paroki, dan warga dampingan LDD KAJ.

Peserta pelatihan yang berasal dari wilayah Rawa Elok

Tepat pada pukul 09.00 WIB, kegiatan Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas Relawan dan Potensi Masyarakat lainnya dibuka dengan lagu Indonesia Raya. Hingga berakhir jam 12.00 WIB seluruh peserta nampak antusias mengikuti  kegiatan ini. Ada kerinduan dari para penggiat kebencanaan ini untuk saling berbagi cerita dan saling menguatkan di tengah pandemi Covid 19 ini. Saya merasakan aura kebersamaan yang kental dari para peserta dan ikatan batin dengan para narasumber dari BPBD DKI yang telah menjalin hubungan baik selama ini dengan LDD KAJ dalam kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana di DKI Jakarta.  Hal ini terlihat dari lengkapnya peserta sejak awal hingga akhir.  Materi yang disampaikanpun cukup menarik, disesuaikan dengan situasi saat ini, saat pandemi.

Sesi pertama tentang peran serta aparatur,  relawan dan masyarakat  dalam masa pandemi Covid-19 menuju masyarakat sehat, aman dan produktif dibawakan oleh dr Aji Saputra MD, relawan medis dari Media Group.  Dalam sesi ini, seluruh  prosedur penyelamatan ketika bencana dengan memperhatikan protokol kesehatan diulas dengan ringan. Banyak hal baru yang bisa dimengerti oleh para peserta mengenai prosedur-prosedur yang harus ditaati.

Sementara itu, dalam sesis kedua, tema yang disampaikan oleh Adi Setio dari BPBD DKI, tentang pengetahuan kesiapsiagaan dan teknik evakuasi mandiri gempa bumi di masa pandemi  Covid-19.  Hal-hal teknis tentang penyelamatan diri  ketika bencana gempa terjadi, menjadi pembahasan yang tak kalah menarik.

Adi Setio dari BPBD DKI sedang memberikan materi melalui ZOOM

Saya merasa mendapat pengetahuan yang berguna dalam kegiatan ini, meski hanya 3 jam, namun banyak hal yang saya peroleh khususnya yang berhubungan dengan pandemi ini.  Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap tahun, sehingga makin banyak relawan yang mendapatkan pengetahuan baru.

Arifin – Seorang Desainer Sukses Dimasanya

Bapak Arifin, 95 tahun, lahir pada tanggal 15 Januari 1926 di Bukit tinggi Sumatera Barat. Ia menikah dan mempunyai dua orang anak. Di Jakarta beliau tinggal sebatang kara, istrinya meninggal 30 tahun yang lalu, satu-satunya keluarga yang masih hidup ialah putrinya yang bernama Evi Susanti, 30 tahun saat ini ia tinggal di Batam bersama suami dan dua orang anaknya.

Semasa mudanya bapak Arifin bekerja di bidang advertising sejak tahun 1960an seperti pembuatan desain reklame, dari hasil tersebut beliau sempat membeli rumah dari seorang keturunan Arab di Jl. Kebon Sirih Barat Gang 8 Jakarta Pusat.  Pesatnya perkembangan zaman di bidang teknologi dan informatika komputer di dunia termasuk di Indonesia, membuat Bapak Arifin tidak mampu lagi mengikuti, akhirnya berhenti dari pekerjaan dan profesinya sebagai advertising. Oleh sebab tidak mampu lagi mengikuti perkembangan zaman di desain informatika hingga memperburuk kehidupan Bapak Arifin yang sulit mendapatkan penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Banyak orang telah beralih menggunakan jasa tekhnologi komputer dari pada desain manual seperti yang beliau kerjakan selama ini. Dengan tidak adanya income yang ia dapatkan, terpaksa Bapak Arfin harus menjual rumahnya karena tuntutan ekonomi dan kesehatan keluarganya.

Bapak Arifin tinggal di jalan bangau Jakarta Pusat, menumpaang di salah satu Gereja Kristen namun karena pandemi COVID 19 yang berkepanjangan serta diberlakukanya PSBB atas bantuan Bapak Pendeta Karel, Bapak Arifin dipindahkan ke Rumah Singgah Jl. Mt. Haryono Cipayung Jakarta timur yang di kelola oleh Ibu Cicilia Bonaventura. Bapak Arifin tinggal bersama delapan orang lainnya,  pada umumnya mereka telah ditinggalkan oleh keluarganya dan ditampung di rumah singgah tersebut.

Bapak Arifin merupakan salah satu warga miskin kota dampingan Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ) yang sudah puluhan tahun difasilitasi secara kusus untuk kesehatanya. Yang diberikan adalah biaya rawat jalan pengobatanya di Poliklinik Balkesmas Pratama St. Carolus.

Bersyukur dalam perjalanan pendampingan Bapak Arifin, LDD KAJ (melalui Sr. Maria. BKK) menemukan jalan keluar untuk masa depan Bapak Arifin yaitu rujukan dan perawatan lanjut untuk hari tuanya:  mengkonkritkan kerjasama dengan rumah singgah Cipayung. LDD membantu dalam hal-hal tehnis supporting kebutuhan yang untuk hidup harian sebagaimana diperlukan jika dibutuhkan sesuai yang ada. Saat ini kondisinya sudah sangat tua dan kesehatanya terbatas. butuh perawatan secara intensif.

Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ) untuk selanjutnya tetap melakukan pendampingan jarak jauh yang bersifat monitoring/kerjasama dengan Rumah Singgah Cipayung untuk hari tua yang lebih baik.

Semoga perjalanan hidup Bapak Arifin semakin menemukan tempat yang damai dan kerasan tinggal di rumah singgah sampai pada akhir hayatnya bersama seluruh staf Rumah Singgah Cipayung, Tuhan Memberkati.

Belajar Videografi Belum Berakhir

Terima kasih ya, LDD KAJ yang telah mewadahi kami untuk pelatihan ini. Segala ilmu, kebaikan, perhatian, kepedulian, kesabarannya, dan waktunya yang telah kami terima 3 kali pertemuan ini dilayani dengan baik

Meskipun paket proses pembelajaran tentang videografi yang diselenggarkan oleh LDD KAJ bagi peserta angkatan ke-VI ini belum berakhir, namun  ungkapan Sr Louise HK (peserta dari Palembang) yang dikirim melalui pesan di grup whatsapp pelatihan videografi diatas telah menjadi salah satu tanda nyata kehadiran wajah LDD KAJ dalam mengupayakan pelayanan yang terbaik.

Pelatihan videografi secara virtual sesi 3 diselengarakan oleh LDD KAJ pada hari Sabtu, 13 Maret 2021. Pada sesi ini, diajak kembali untuk lebih memahami dan mendalami tentang teknik dasar videografi. Misalnya merumuskan pesan utama dalam produk video kampanye, angle kamera, dan editing. Hasil karya peserta selama satu minggu sebelumnya menjadi materi utama dalam pelatihan ini.

Pipit Prahoro, pelatih senior dan mentor pada pelatihan ini  memilih  video yang dikirimkan oleh peserta untuk  diedit kembali  secara online. Selama proses re-editing itulah, informasi tentang teknis dan tools yang ada dalam aplikasi editing itu diperdalam. Sebagai contoh adalah video yang karya Sr. Lousie, HK berjudul “Memanfaatkan Lahan Sempit”. Video berdurasi 157 detik ini menggambarkan tentang usaha memanfaatkan lahan sempit yang telah dilakukan di Biara Susteran Hati Kudus – Palembang dengan menanam sayur caisim, tomat hijau, dan cabai hijau. Bersama mas Pipit dalam re-editing secara online, video berdurasi 157 detik itu dipadatkan menjadi 60 detik saja dengan menghilangkan beberapa gambar yang secara teknis mengambilan mengalami goncangan dan pengulangan.  Dalam 60 detik ini pesan tetap sama yakni mengajak pemerisa untuk bergerak memanfaatkan lahan yang sempit.

Pertanyaan peserta berkembang selama proses re-editing online itu. Misalnya pertanyaan dari Whati tentang cara memotong gambar dan instrumen yang mengiringi video. Ada juga pertanyaan dari Djodi tentang menghilangkan water mark pada aplikasi berbayar. Pertanyaan itu dan pertanyaan lainnya dari peserta selama proses ini langsung dijawab oleh mas Pipit dengan contoh terapan melalui proses re-editing online ini.

Waktu begitu cepat berjalan. Sekitar 2,5 jam telah berlalu dalam proses pelatihan secara virtual yang intens. Sebagian peserta merasa masih membutuhkan pembelajaran bersama lebih lanjut. Menanggapi kebutuhan peserta untuk mendapatkan pembelajaran lebih mendalam lagi, LDD KAJ akan membuka 1 sesi tambahan untuk nagkatan VI ini pada Sabtu, 27 Maret 2021. Selanjutnya LDD KAJ juga menawarkan kepada para peserta yang kelak menjadi alumni peserta pelatihan ini untuk berkolaborasi dalam memproduksi video-video pendek  berkonten baik untuk kebaikan hidup bersama yang akan ditayangkan di media sosial terbitan LDD KAJ.

Semangat Perjuangan Eliyatul Ihlas

Setiap orang tentunya ingin hidup sehat dan normal. Keinginan itu juga dimiliki oleh seorang wanita muda yang berjuang melawan penyakitnya. Nama wanita muda itu Eliyatul Ihlas, berusia 17 tahun. Eliyatul Ihlas adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ia mengalami penyakit langka sejak usia 4-5 bulan, ditandai adanya kebiruan di lidah dan tangan yang berbentuk seperti cacing, kemudian menjadi benjolan. Benjolan itu bermula di bagian lidah yang kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuhnya di sebelah kiri. Benjolan itu berkembang terus-menerus sehingga membuat Eliya merasakan sakit saat akan tumbuh benjolan baru.

Sampai usia Eliya 9 tahun, keluarga belum bisa membawa Eliya ke rumah sakit karena keadaan ekonomi tidak mampu. Suatu hari sepulang dari sekolah ia terjatuh saat bermain yang membuatnya koma. Eliya dibawa ke RSUD, pihak rumah sakit tidak bisa menangani Eliya kemudian di rujuk ke RSCM. Eliya langsung mendapatkan perawatan selama 5 bulan. Eliyatul Ihlas terpaksa berhenti dari sekolah karena harus menjalani pengobatannya di RSCM  yang cukup panjang. Eliya di diagnosis mengalami kelainan pembuluh darah. Saat itu Eliya menjalani proses khemoterapi selama 2 bulan, tidak ada perubahan akhirnya ia dioperasi.

 Eliya telah menjalani 4 kali operasi. Saat proses operasi selalu terjadi pendarahan sehingga menghambat operasi tersebut, kondisi yang demikian tidak membuat Eliya menyerah. Sebaliknya membuat  ia tetap semangat dalam hidup untuk melawan penyakitnya. Bahkan tetap bersemangat untuk melanjutkan sekolahnya melalui kejar paket.

Eliyatul Ihlas belum selesai dengan persoalan hidupnya, ia dihadapkan pada persoalan baru. Pada tahun 2018, ayahnya mengalami sakit kanker pankreas dan harus dirawat di rumah sakit, sehingga tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya, yang sebelumnya bekerja sebagai seorang nelayan. Ayah Eliya sudah menjalani operasi pengangkatan kantong empedu.

Eliya tinggal dengan ibu dan tiga saudaranya. Keluarga Eliya masih sangat sulit perekonomiannya, sejak ayahnya sudah tidak bekerja lagi. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya ibu Eliya berjualan es lilin keliling. Hasil dari berjualan es lilin itu tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga dengan terpaksa ibunya mencari pinjaman kemana-mana. Beban hidup yang dirasakan Eliya sebagai seorang pasien yang masih harus menjalani terapi dan pengobatan bersama dengan ayahnya yang juga sebagai pasien dirasakan semakin berat. Keadaan yang sedang dialami keluarga ini tidak membuat ibu Eliya tidak pernah putus asa dalam merawat keluarganya dengan penuh kasih setia. Semangat dan kegigihan yang dimiliki oleh Eliya sendiri menjadikan penyemangat juga bagi keluarga dalam menghadapi pencobaan hidup dan tantangan bagi ibunya hingga membuat kitapun semakin sadar bahwa selama kita mau berusaha, Tuhan akan memberikan jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup, antara lain melalui support dari LDD KAJ yang berupa sembako dan kadang makanan siap saji (tergantung dari progam yang ada di LDD KAJ) selama berada di rumah singgah RSCM. Semoga lekas sembuh.