Hadir di Tengah Kota, Menyapa yang Sering Terlewat
Kita mengenal Jakarta, Tangerang, dan Bekasi sebagai kota-kota besar dengan wajah modern: pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit, infrastruktur digital, dan mobilitas tinggi. Tapi di balik semua itu, ada sisi lain dari kota yang tidak selalu masuk dalam gambar promosi atau data statistik pembangunan.
Di sana, di sisi-sisi jalan, di tepi laut, di gang-gang sempit, dan di bantaran rel, ada ribuan orang yang hidup dalam keterbatasan. Mereka adalah bagian dari kota, tapi sering tidak dianggap bagian dari sistem. Nelayan di pesisir Jakarta dan Bekasi, yang setiap hari pergi melaut dengan perahu kayu sederhana, melawan cuaca dan polusi air. Pengasong dan pedagang kecil, yang berjalan kaki menjajakan barang demi kebutuhan makan hari itu. Lansia yang tinggal sendirian, hidup dari belas kasih tetangga atau sisa penghasilan masa lalu.
Pengungsi lokal, keluarga dari luar kota yang datang ke Jakarta untuk berobat, tinggal sementara di rumah singgah sambil menjaga anak mereka yang sakit. Pengungsi mancanegara, yang tak bisa pulang dan belum tahu harus ke mana. Dan juga komunitas transpuan, yang kerap kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, bahkan pengakuan akan identitasnya.
Mereka semua adalah sesama warga kota. Tapi akses mereka terhadap pendidikan, kesehatan, perlindungan hukum, dan bantuan sosial sering kali tertutup—karena hambatan administratif, stigma, atau sekadar karena mereka “tidak terdata”.
Kami Hadir Untuk Menyambungkan Yang Terputus
Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ) hadir untuk menjangkau saudara/I kita yang paling rentan di tengah kota, bukan sebagai pemberi solusi, tapi sebagai pendamping. Hadir tidak untuk menggantikan perjuangan mereka, melainkan untuk membuka pintu: akses, kesempatan, dan keberdayaan. Kami percaya bahwa kemiskinan tidak hanya soal ekonomi, tapi juga soal keterbatasan akses, minimnya pilihan, dan lingkungan yang tidak mendukung.
Yang kami lakukan di beberapa titik di kota dan wilayah pesisir :
Di Mana Kami Hadir
Pelayanan ini berlangsung di wilayah:
Menuju 2027: Bertumbuh Bersama
Hingga akhir 2027, LDD KAJ menargetkan untuk mendampingi setidaknya 2.500 warga miskin kota, bukan hanya sebagai penerima bantuan, tapi sebagai warga kota yang punya suara, pilihan, dan kesempatan yang lebih baik.
Kami tidak menjanjikan perubahan instan. Tapi kami percaya, perubahan nyata dimulai dari relasi yang saling menghormati, dari proses yang konsisten, dan dari keberpihakan pada yang paling kecil suaranya.
Karena Kota yang Baik Adalah Kota yang Menyertakan Semua
Setiap orang berhak atas tempat yang aman untuk tinggal, akses untuk berobat, pendidikan untuk anak-anaknya, dan pengakuan akan identitasnya. Dan kota yang manusiawi adalah kota yang tidak hanya cepat tumbuh, tapi juga adil tumbuhnya termasuk bagi mereka yang tinggal di bawah garis, di luar sistem, atau di wilayah pesisir.
MISISAMA: Sarana Masyarakat Untuk Membiasakan Menabung
Menabung merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan kita. Namun, bagi sebagian masyarakat, menabung seringkali dianggap sebagai hal yang sulit dilakukan. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya menabung dan kurangnya kesadaran akan manfaat jangka panjang dari kegiatan tersebut sering menjadi hambatan. Namun, di tengah tantangan ini, hadir sebuah inisiatif yang bernama MISISAMA (Mini Koperasi Saudara Makmur), yang berperan sebagai sarana masyarakat untuk membiasakan menabung.
MISISAMA sebagai Bagian dari Biro Pelayanan Masyarakat: MISISAMA merupakan salah satu pelayanan yang diselenggarakan oleh Biro Pelayanan Masyarakat (BPM) di Lembaga Daya Dharma, Keuskupan Agung Jakarta. BPM melayani masyarakat miskin di sekitar wilayah Jatabek, (Manggarai, Kalideres, Bojong Bintara, dan Marunda). Pelayanan yang diberikan oleh BPM meliputi pelayanan karitatif, pelayanan tanggap bencana, pelayanan wirausaha, dan pelayanan menabung. Dengan berbagai bentuk pelayanan tersebut, masyarakat dapat diberdayakan dan mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kehidupan mereka. MISISAMA merupakan sebuah koperasi sederhana yang terdiri dari sekitar 8-10 orang dengan satu orang yang ditunjuk sebagai koordinator. Koperasi ini memberikan binaan dan tata cara menabung kepada anggotanya. Masyarakat diundang untuk menabung secara rutin untuk memenuhi kebutuhan mereka di masa depan, terutama untuk pendidikan anak-anak mereka. Menabung untuk pendidikan dianggap penting karena pendidikan dianggap sebagai kunci untuk mengakhiri siklus kemiskinan.
Proses Menabung dalam MISISAMA: Setiap anggota MISISAMA diajak untuk berkomitmen menabung setiap pekannya, biasanya pada hari Selasa atau Rabu. Uang yang ditabung oleh anggota akan disimpan oleh pihak BPM, namun data keuangan akan tetap disimpan oleh kelompok itu sendiri di bawah koordinator yang ditunjuk. Meskipun banyak masyarakat yang antusias dalam kegiatan menabung ini, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi, seperti kurangnya pemasukan, permintaan jajan anak-anak yang membuat pengeluaran menjadi sulit dikendalikan, dan sebagainya. Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, penting untuk terus memberikan pembinaan kepada masyarakat. Selama masa internship di Lembaga Daya Dharma, saya diajak untuk membantu mensosialisasikan cara pengelolaan keuangan di rumah tangga kepada masyarakat. Saya dan rekansaya, Gisella, berusaha membantu masyarakat dalam mengembangkan pola pikir untuk menabung, memikirkan masa depan, dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Saya bersyukur bahwa pengalaman hidup dan kebiasaan yang diajarkan oleh orang tua saya menjadi sumber inspirasi bagi orang banyak.
Manfaat dan Pengembangan MISISAMA: MISISAMA, sebagai salah satu pelayanan dari BPM, layak untuk terus dikembangkan, terutama dalam pelayanan kepada masyarakat. Melalui program ini, masyarakat dapat terlibat dalam membangun pola pikir yang berkelanjutan untuk masa depan keluarga, terutama bagi anak-anak mereka. MISISAMA tidak hanya membantu masyarakat untuk membangun kebiasaan menabung, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengelola keuangan dengan baik. MISISAMA adalah sebuah inisiatif yang penting dalam membangun kesadaran dan kebiasaan menabung di kalangan masyarakat. Melalui pelayanan yang diselenggarakan oleh Biro Pelayanan Masyarakat di Lembaga Daya Dharma, MISISAMA memberikan sarana bagi masyarakat untuk belajar menabung secara rutin dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Dengan terus mengembangkan MISISAMA, diharapkan semakin banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan finansial mereka serta memutus siklus kemiskinan.
Penulis : Y David Christian
Editor : Mariana Silviani
Yuk Belajar Bikin Konten Dagangan !
Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta menyelenggarakan kegiatan pelatihan
foto dan video produk (12/07/2023). Kegiatan ini bertujuan untuk membuka
cakrawala baru bagi warga yang dilayani oleh LDD KAJ, untuk belajar memasarkan
produk usaha mereka secara online.
13 peserta pelatihan yang terdiri dari warga pelayanan masyarakat miskin dan
penyandang disabilitas yang dilayani LDD KAJ belajar bersama fasilitator dari
komunitas “Kasih Balik”. Pelatihan ini merupakan salah satu cara dari rangkaian
upaya yang ditangkap oleh LDD KAJ untuk membantu meningkatkan penghasilan warga
yang dilayani.
Bersama dengan para pihak yang berkehendak baik, LDD KAJ berharap dapat
membantu meningkatkan penjualan teman-teman yang telah berhasil membuat produk
siap jual kepada pasar umum. “Saya berharap setiap produk yang di tawarkan
kepada pasar oleh warga yang kita layani tidak semata karena kasihan, melainkan
memang karena kualitas dari produk itu sendiri sehingga teman-teman memiliki
nilai jual yang sepadan.” Dalam beberapa kesempatan, P.Adrianus Suyadi SJ
(Direktur LDD KAJ) selalu mengingatkan hal tersebut agar teman-teman dapat
memiliki daya juang.
Bersama dengan komunitas “Kasih Balik” peserta pelatihan diajak untuk
membuat gambar produk hasil karya mereka dengan menarik. Mulai dari teknik
dasar membuat konten iklan yakni mengambil gambar, pengaturan cahaya, hingga
teknik editing dengan aplikasi yang sederhana di berikan kepada peserta. Lantas
setelah dapat membuat konten sederhana, menarik dan details, peserta kembali
dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan media sosial yang ada seperti
Instagram dan platform e-commerce lainnya.
“Bener bener salah satu pengalamanku yang paling berkesan. Sebenernya
awalnya pasti gerogi karena tidak tau teman teman partisipannya akan
mengerti atau tidak. Tapi ternyata semua welcoming banget, dan ada Suster
Frederica, HK yang bantu kami. Tidak hanya aku mengajarkan foto, edit dan buat
caption produk untuk teman-teman disabilitas dan transpuan, ternyata aku juga
belajar banyak dari mereka. Salah satunya adalah dengan lebih inklusif dalam
berkomunikasi” Kesan dari Yosephine Michelle fasilitator dari kegiatan
pelatihan tersebut. Seperti gayung bersambut, warga yang dilatih merasa sangat
gembira diberikan pandangan, keterampilan juga pengalaman membuat konten
sederhana dan belajar pemasaran melalui platform online. “Pelatihannya menarik,
penjelasannya mudah dimengerti. Sarannnya mungkin bisa dilakukan real praktek
foto jadi kita tahu pencahayaannya seperti apa, bahan-bahan pendukung dan
lain-lain” ungkapan dari Melisa salah satu peserta disabilitas netra.
Penulis
: Muslimin
Editor :
Yosefin TAH
Penerbit
: Mariana Silviani