Berjuang Dengan Riang Gembira

Meindra dari Konfedrasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI). Meindra   adalah salah satu  pemenang  dari lomba film pendek buruh dalam rangka May Day 2021 yang diselenggarakan oleh Lembaga Daya Dharma KAJ (LDD KAJ), Kerasulan Buruh Dekenat Tangerang (KERABAT), dan Forum Pendamping Buruh Nasional (FPBN).   Mindra dan kawan-kawannya dari KASBI membuat karya film  berjudul “Berjuang Dengan Riang Gembira”. Karya ini  berhasil  menjadi pemenang pertama versi penilaian Juri dan pemenang favorit pilihan pemirsa dari like film yang tayang di Youtube Gue LDD https://youtu.be/KquyVkDuPns

Pada  pertemuan bertajuk “ Cerita Dibalik Lomba” yang diselenggarakan  secara virtual dipancarkan secara live streaming oleh tim multi media dari divisi penelitian dan pengembangan LDD KAJ di chanel Youtube Gue LDD (https://youtu.be/wgGiZcDL-yYpada hari Sabtu 8 Mei 2021, Meindra hadir sebagai salah satu peserta yang memenangi lomba ini.   

Meindra mengungkapkan bahwa membuat film untuk lomba ini adalah pengalaman pertama kali. Dengan rendah hati, Meindra mengakui masih  banyak kekurangan dalam teknis seperti pengambilan gambar dan audionya visualnya. Demikianpun dalam proses produksi ada pula kendala, meskipun sebelumnya  sudah biasa membuat dokumentasi seperti sesi-sesi wawancara. 

Meindra berharap agar moment seperti ini menjadi peluang bagi  serikat buruh dan elemen  gerakan rakyat lainnya untuk  menyuarakan keresahan dan keprihatinan yang dirasakan oleh buruh. Ia juga berharap untuk selanjutnya agar bisa mempererat persaudaraan dengan berbagai cara.  Seperti  bertemu atau diskui panjang lebar untuk  saling belajar dalam produksi film. 

MENJADI  KAWAN DALAM GERAKAN BARU

Proses Lomba Film pendek buruh untuk merayakan hari buruh internasional 2021 sudah berakhir. Menjadi pemenang dalam lomba ini adalah satu capaian. Menjadi pemenang yang terus berani berjuang untuk  menyuarakan keprihatinan kemanusiaan melalui aneka cara dan kesempatan “dicelah yang sekecil apapun” adalah tantangan bagi terwujudnya kemuliaan martabat kemanusiaan yang belum berakhir.

Para peserta, para panitia, para juri, dan jaringan gerakan lainnya yang memiliki kehendak baik diundang untuk terus berkolobari, bersinergi, saling mendukung dengan berbagai cara untuk memajukan  kehidupan bersama yang lebih adil, sejahtera dan bermarbat.

Selamat untuk KEMENANGAN KITA SEMUA yang telah mengambil bagian dalam berkolaborasi dan sinergi menyuarakan kemanusiaan melalui film pendek buruh !

Ditulis oleh: FX Yono Hascaryo Putro

Perjuangan Menuju Dunia Ramah Anak

“Tanah ini sebelumnya mau digusur, tapi saya menegaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan, jika PAUD-nya kena gusur, harus dibuatkan PAUD lain sebagai gantinya untuk anak-anak di sekitar sini.” Ujar ibu Aisha salah satu guru PAUD Bahrul Iman. 

PAUD Bahrul Iman berada di pinggiran pesisir Jakarta Utara. Tepatnya di Blok Eceng – Muara Angke. Di tahun 2021 ini, PAUD Hahrul Iman dihadapkan dengan kenyataan menurunnya jumlah murid yang mendaftar di PAUD. Namun demikian  para guru tidak berkecil hati dan sepakat akan sama-sama akan menaikan kualitas PAUD agar dapat lebih memberi dampak pada  masyarakat di sekitar daerah tersebut. Dengan strategi ini diharapkan akan lebih banyak masyarakat yang mempercayakan anaknya untuk bersekolah di PAUD Bahrul Iman blok Eceng

Golden age atau periode umur emas adalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat penting  pada masa awal kehidupan anak. Dimasa ini otak anak umumnya bertumbuh dan menyerap informasi secara maksimal, maka diperlukannya perhatian khusus dari orangtua dan lingkungan sekitar terhadap anak. Kisaran umur anak saat memasuki dunia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah  4-6 tahun. Masa ini tentunya adalah masa emas anak (golden age).

Lembaga Daya Dharma pada tahun ajaran 2020 – 2021  mendampingi 373 anak dalam usia emas itu melalui PAUD yang tersebar di delapan wilayah pesisir pantai Jakarta. Banyak sekali hal yang dilakukan untuk memaksimalkan pendampingan agar anak mampu berkembang secara baik dan dapat menyalurkan potensi yang dimilikinya kepada masyarakat. Dilatarbelakangi hal tersebut, LDD KAJ sedang bergelut untuk mengembangkan  kurikulum yang ramah anak. Kurikulum yang tidak hanya mementingkan kemampuan kognitif anak namun juga mampu turut  mengembangkan sembilan potensi yang dimiliki anak dalam kurikulum  Pendidikan Holistik Berbasis Karakter.  

Tentu banyak aspek-aspek yang harus dipertimbangkan untuk mendukung pelaksanaan pendidikan ramah anak ini. Baik lingkungan keluarga anak, lingkungan tempat tinggal anak, hingga tempat pendidikan anak itu sendiri. Maka banyak sekali kegiatan yang kita lakukan untuk membangun kesadaran terhadap guru maupun orangtua anak didik. Kebanyakan guru PAUD dampingan  LDD KAJ memang bukan berasal dari guru yang berpendidikan khusus dan terverifikasi untuk mengajar, maka tugas utama LDD KAJ  adalah terus meningkatkan kapasitas guru dengan berbagai pelatihan

Tidak hanya pelatihan, pendampingan secara personal setiap PAUD juga  berikan, seperti yang  lakukan pada Selasa, 02 Maret 2021 di PAUD Bahrul Iman Muara Angke blok Eceng. PAUD kali ini memang sedikit berbeda dibandingkan dengan PAUD lainnya, beberapa kendala seperti lokasi strategis PAUD, bangunan PAUD, hingga kapasitas guru PAUD memberi dampak bagi jumlah murid yang dipercayakan oleh orang tua kepada PAUD tersebut, ditambah lagi kondisi Pandemi ini yang membuat situasi menjadi lebih sulit. 

Berefleksi dari semangat guru inilah yang menjadikan LDD KAJ  tetap semangat mendampingi setiap PAUD untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak didik. Walaupun apa yang diberikan terkait dengan kurikulum pembelajaran merupakan hal yang baru bagi warga disana, dan masih banyak hal yang perlu perbaiki, namun  kami sepakat untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita untuk hidupnya dikelak kemudian hari.

Penulis :Dita Angraheni   (Divisi Advokasi)

Editor : Divisi Litbnag 

Menerima Disabilitas Sebagai Kurikulum PAUD

Adanya perbedaan di tengah-tengah masyarakat merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Salah satunya adalah perbedaan kondisi fisik, mental dan intelektual. Salah satu indikasi suatu bangsa dikatakan berbudaya maju & luhur, adalah  adanya kesetaraan antara warga negara ‘yang kurang’ fisik/mental/intelektualnya dengan yang ‘lengkap’. Dan selayaknyalah kita bisa membuktikan bahwa Indonesia adalah salah satu bangsa  yang tidak lagi memandang perbedaan tersebut sebagai suatu problem.  

Namun, ditemui fakta di tengah masyarakat kita masih terjadi kata-kata olok-olok yang disematkan pada warga ‘yang kurang’ tersebut dengan stigma negatif, bahwa penyandang disabilitas tidak mampu, tidak produktif, dan karenanya tidak punya masa depan; sehingga cukuplah tinggal diam  di rumah saja; tidak perlu bersekolah apalagi bekerja.    

Persepsi ini menjadi hambatan partisipasi penyandang disabilitas untuk maju dan produktif.  Jika ditelisik lebih dalam, situasi dan kondisi yang terjadi ini  dikarenakan :  

  1. Masih terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang kedisabilitasan,
  2. Belum tumbuhnya  sikap menerima perbedaan yang ada di tengah masyarakat di mana ada penyandang disabilitas di dalamnya.

Dalam kurikulum PAUD dampingan LDD KAJ  yang sedang dilaksanakan dalam prkatek pembelajaran untuk anak-anak usia dini, sikap menerima perbedaan yang ada di dalam kurikulum dikategorikan ke pembinaan karakter yang toleran. LDD KAJ ingin terus membangun karakter toleran dalam berbagai aspeknya terkhusus di PAUD-PAUD dampingannya. 

Pada tanggal 3 & 4  Juni 2021, tim kampanye divisi advokasi LDD KAJ telah melakukan sosialisasi disabilitas di hadapan 26 orang guru PAUD dari Marunda, Cilincing, Muara Baru, Muara Angke dan  Rawa Elok.  Kegiatan sosialisasi disabilitas ini difasilitasi oleh Rio Dharmawan (penyandang disabilitas netra) & Nedi Supriadi (penyandang disabilitas fisik/kursi roda).

Pada kesempatan yang terbatas ini, para fasilitator menyampaikan  materi    sosialisai mengenai hal-hal berikut ini : 

  • Pengertian & ragam serta hak dasar penyandang disabilitas menurut UU RI No. 8/Thn. 2016
  • Peran dan fungsi guru, orangtua, & teman sebaya, dalam mengembangkan pribadi seorang penyandang disabilitas produktif
  • Cara memberi bantuan  dalam berinteraksi yang inklusif  
  • Testimoni dari saudara Nedi. penyandang disabilitas fisik dengan kursi  roda yang   hidup ‘sukses’ dengan prinsip dan kemandiriannya. https://youtu.be/kp8VW1gYsc8 

    LDD KAJ berharap melalui kegiatan edukatif ini, guru-guru PAUD bisa memberi masukan kepada keluarga dengan anak disabilitas di lingkungan masing-msing, & juga bisa lebih percaya diri mendampingi keluarga yang memiliki anak disabilitas. 

Penulis : Ferry Jansen Sutungkir 

Editor : Divisi Litbang

LDC dalam “Memang Mengapa Bila Aku Perempuan?”

Laetitia Disability Choir  (LDC) adalah kelompok disabilitas  bernyanyi dampingan lembaga Daya Dharma – Keuskupan Agung Jakarta (LDD-KAJ). LDC Juga berperan sebagai kelompok kampanye yang akan menyuarakan keprihatinan-keprihatianan kemanusiaan kaum disabilitas dan keprihatinan kemanusiaan kaum rentan pada umumnya.   

LDC berjuang mengaransemen lagu yang dipilih sesuai dengan tema  dalam format empat suara.   Melakukan latihan  mandiri di rumah masing-masing kemudian  merekam audio & video dengan ponselnya, Tim LDC juga menyunting audio paduan suaranya sebelum akhirnya dipadukan dengan vedio dan materinya lainnya oleh tim di divisi advokasi dan Litbang LDD KAJ.   https://youtu.be/cjWbrAgiW_

Hadir pada program AJAKIN edisi April 2021, LDC turut menyuarakan promosi kesetaraan gender dengan menyanyikan  lagu ‘Memang Kenapa Bila Aku Perempuan’ karya Melly Goeslaw dan Gita Gutawa. LDC  mengajak semua pihak untuk menghargai nilai kesetaraan antara perempuan & laki-laki. Emansipasi RA Kartini di zaman ultra-modern ini, seharusnya membuat perempuan leluasa berpartisipasi di ruang publik, Menciptakan keseimbangan tanggung jawab:tanggung jawab tugas-tugas domestiknya & tanggung jawab di ruang publik. 

Aksara yang menari diatas awan
Cukup jelas menuliskan harapan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan

Di masa pandemi Covid-19 ini  terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK). Suami yang tidak lagi bekerja, mendorong istri turut mencari mencari tambahan uang. Peran ganda perempuan tercipta, karena suami tetap mengharuskan istri tidak meninggalkan tugas-tugas utama di rumah.  Semoga peran ganda ini tidak menjadi beban ganda yang pada akhirnya menimbulkan ketidakadilan berbasis gender  bagi perempuan dalam rumah tangga. 

Cinta bicara halusnya perasaan
Hadir tanpa di undang dan dipaksakan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan

Hidup ilalangpun berlagu
Memberi restu pada harapanmu
Pandanganmu jauh lurus membentang
Meyakini habis gelap pasti…

Ditulis oleh: Ferry Jansen Situngkir

Diedit oleh: Divisi Litbang 

Vaksinasi Covid-19 – Hak Penyandang Disabilitas Untuk Hidup Sehat

Pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia 3 Maret 2020. Presiden Joko Widodo mengumumkan hal ini setelah dua warga Depok Jawa Barat terpapar virus Covid-19. Sejak saat itu, jumlah orang terpapar terus bertambah & mennembus angka 1 juta di awal 2021. Pembatasan pergerakan penduduk menjadi satu cara menghambat pertumbuhan pasien terpapar. Juga, upaya vaksinasi. 180 juta penduduk Indonesia menjadi target vaksinasi Covid-19. Faskes/PUSKESMAS menjadi sentra vaksinasi di seluruh negeri. Namun, jika hanya menggunakan fasilitas kesehatan milik pemerintah, target 180 juta penduduk tervaksinasi di 2021, kemungkinan besar target tersebut sulit tercapai. Pemerintah RI mengajak masyarakat terlibat, untuk menjadi sentra vaksinasi, membantu pemerintah mencapai target di atas.

Oleh sebab itu, dengan jumlah vaksin yang terbatas serta ketergantungan pada negara yang memproduksi vaksin,  pemerintah kita menyusun prioritas penerima vaksin. Salah satunya adalah kelompok rentan terpapar. Salah satu elemen kelompok masyarakat rentan ini adalah kelompok penyandang disabilitas. Sewajarnya, penyandang disabilitas bisa menjadi target pemberian vaksin Covid-19, sama seperti kelompok rentan lanjut usia atau lansia, namun ini tak terjadi. Mengapa penyandang disabilitas rentan? Sebab keterbatasan fisik, intelektual dan atau mental, serta keterbatasan sensori penglihatan/pendengaran/wicara membuat kelompok ini lambat menerima informasi, ataupun, menerima namun terdistorsi dengan berbagai sebab. Disamping itu, aksesibilitas yang disediakan faskes bagi target vaksin disabilitas menjadi tantangan khusus.

Menyambut ajakan Presiden Joko Widodo, LDD KAJ mencoba upaya mulia, menjadi perintis, bekerja sama dengan Serviam Center dan kelompok Nahdatul Ulama, mengadakan sentra vaksinasi bagi lansia dan penyandang disabilitas. Kegiatan ini bertempat di Aula SMP St. Ursula, Jakarta Pusat. Di Sentra Vaksinasi Serviam, ditargetkan sekitar 100 orang lansia dan penyandang disabilitas menerima vaksin setiap harinya. Kegiatan bela rasa menbentuk kekebalan kelompok terhadap virus baru ini, direncanakan selama tiga bulan, dengan melibatkan relawan baik dari LDD KAJ, relawan Serviam, relawan Nahdatul Ulama, serta relawan perorangan.

Rm. Christoforus Kristiono Puspo SJ, Direktur LDD KAJ dan Sr. Maria BKK, melakukan dialog dengan pemerintah daerah dan pusat terkaiait penerima vaksin disabilitas, yang seringkali lupa dikelompokkan sebagai bagian kaum rentan oleh pemerintah. Dorongan dari LDD KAJ atas hal tersebut akhirnya bisa diterima pemerintah DKI/Jakpus.

Pada 20 Maret 2021, Sentra Vaksinasi Serviam telah memberikan vaksin pertamanya ke lansia disabilitas. Berlanjut pada hari Kamis, 25 Maret 2021, sentra vaksinasi ini memvaksinasi 51 penyandang disabilitas dari berbagai ragam disabilitas dan usia, tidak hanya lansia, seperti yang diungkapkan dengan gembira oleh Sr. Maria kepada penulis. “Kami sungguh bahagia boleh diijinkan mem-vaksin Saudara-Saudara kita dari kelompok rentan disabilitas, disamping lansia. Kami rasa tindakan ini amat penting, kareana penyandang disabilitas sama & setara dengan warga masyarakat lainnya. Apalagi terkait isu kerentanan Covid-19 ini. PD memiliki hak untuk dilindungi dari kerentanan terpapar pandemi.”, tegas Sr. Maria.

Ibu Kumala, 47 tahun, penyandang disabilitas sensori netra dari Bekasi, turut lega dan berterimakasih bisa divaksin di sentra tersebut. “Jika menunggu undangan vaksinasi umum, ‘kan lama & gak jelas diundang apa ‘nggaknya. Belum lagi, jika diundang pun, saya takut gak ada yang bantu nulis’in formulir yang ada. Saya & teman-teman disabilitas sangat berterimaksaih kepada LDD & jaringannya karena sudah mempperjuangkan vaksin untuk kami.”

Ibu Deta beserta suami, suami istri penyandang disabilitas berkursi roda, datang jauh-jauh dari Depok datang ke Sentra Vaksinasi Serviam. Ia datang bersama teman-teman dari komunitas Cheshire. Ia senang dilayani dengan ramah & akses oleh relawan. Beliau mengatakan akan datang lagi di 22 April 2021 untuk vaksinasi kedua. Chesire, PELITA, dan KOMPAK adalah beberapa komunitas disabilitas yang dijaring LDD KAJ dalam program vaksinasi ini. LDD KAJ senantiasa membantu lebih banyak kelompok lansia dan disabilitas, sejauh memungkinkan.

Penulis menerima pertanyaan untuk kesempatan vaksinasi tahap pertama ini. Kely, Ina, Dewi Sukaenah, yang merupakan tiga pemijat tunanetra, menanti kesempatan yang sama. Mereka mengeluhkan tidak mendapatkan undangan dari puskesmas terdekat di sekitar domisili mereka terkait program vaksinasi ini. Ketika mereka aktif bertanya pun, mereka diterima namun tidak ditunjuk kapan dan di mana mereka  bisa di vaksinasi.

Semoga mereka yang telah menerima vaksinasi  bisa membentuk kekebalan pribadi maupun kelompok, dan bagi mereka yang belum, ada kesempatan, karena kemauan bekerjasama antar masyarakat dan pemerintah daerah, dan dengan demikian, terjadi pemenuhan hak atas kesehatan bagi semua.

Ditulis oleh: Ferry JS

Belajar Videografi Belum Berakhir

Terima kasih ya, LDD KAJ yang telah mewadahi kami untuk pelatihan ini. Segala ilmu, kebaikan, perhatian, kepedulian, kesabarannya, dan waktunya yang telah kami terima 3 kali pertemuan ini dilayani dengan baik

Meskipun paket proses pembelajaran tentang videografi yang diselenggarkan oleh LDD KAJ bagi peserta angkatan ke-VI ini belum berakhir, namun  ungkapan Sr Louise HK (peserta dari Palembang) yang dikirim melalui pesan di grup whatsapp pelatihan videografi diatas telah menjadi salah satu tanda nyata kehadiran wajah LDD KAJ dalam mengupayakan pelayanan yang terbaik.

Pelatihan videografi secara virtual sesi 3 diselengarakan oleh LDD KAJ pada hari Sabtu, 13 Maret 2021. Pada sesi ini, diajak kembali untuk lebih memahami dan mendalami tentang teknik dasar videografi. Misalnya merumuskan pesan utama dalam produk video kampanye, angle kamera, dan editing. Hasil karya peserta selama satu minggu sebelumnya menjadi materi utama dalam pelatihan ini.

Pipit Prahoro, pelatih senior dan mentor pada pelatihan ini  memilih  video yang dikirimkan oleh peserta untuk  diedit kembali  secara online. Selama proses re-editing itulah, informasi tentang teknis dan tools yang ada dalam aplikasi editing itu diperdalam. Sebagai contoh adalah video yang karya Sr. Lousie, HK berjudul “Memanfaatkan Lahan Sempit”. Video berdurasi 157 detik ini menggambarkan tentang usaha memanfaatkan lahan sempit yang telah dilakukan di Biara Susteran Hati Kudus – Palembang dengan menanam sayur caisim, tomat hijau, dan cabai hijau. Bersama mas Pipit dalam re-editing secara online, video berdurasi 157 detik itu dipadatkan menjadi 60 detik saja dengan menghilangkan beberapa gambar yang secara teknis mengambilan mengalami goncangan dan pengulangan.  Dalam 60 detik ini pesan tetap sama yakni mengajak pemerisa untuk bergerak memanfaatkan lahan yang sempit.

Pertanyaan peserta berkembang selama proses re-editing online itu. Misalnya pertanyaan dari Whati tentang cara memotong gambar dan instrumen yang mengiringi video. Ada juga pertanyaan dari Djodi tentang menghilangkan water mark pada aplikasi berbayar. Pertanyaan itu dan pertanyaan lainnya dari peserta selama proses ini langsung dijawab oleh mas Pipit dengan contoh terapan melalui proses re-editing online ini.

Waktu begitu cepat berjalan. Sekitar 2,5 jam telah berlalu dalam proses pelatihan secara virtual yang intens. Sebagian peserta merasa masih membutuhkan pembelajaran bersama lebih lanjut. Menanggapi kebutuhan peserta untuk mendapatkan pembelajaran lebih mendalam lagi, LDD KAJ akan membuka 1 sesi tambahan untuk nagkatan VI ini pada Sabtu, 27 Maret 2021. Selanjutnya LDD KAJ juga menawarkan kepada para peserta yang kelak menjadi alumni peserta pelatihan ini untuk berkolaborasi dalam memproduksi video-video pendek  berkonten baik untuk kebaikan hidup bersama yang akan ditayangkan di media sosial terbitan LDD KAJ.

JaKi (Jakarta Kini)

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah meluncurkan aplikasi Jakarta Kini (JAKI) yang dikembangkan melalui Badan Layanan Umum Daerah Jakarta Smart CityJAKI diproyeksikan menjadi city-super apps sekaligus one-stop service untuk warga Jakarta.  JAKI merupakan Aplikasi yang menyediakan layanan dan informasi, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. 

Aplikasi JAKI akan membantu warga memenuhi kebutuhan mereka dengan mengintegrasikan seluruh layanan, baik yang dibuat oleh Pemprov DKI, masyarakat, atau komunitas. Ternyata, aplikasi tersebut sangat berguna pada masa pandemi COVID-19.

LDD KAJ telah membuktikan keampuhan JAKI. Pada sabtu, 13 Maret 2021, LDD berjalan menyelusuri  Stasiun Cikini – Jl. Probolinggo – Jl. M. Yamin – Jl. Tengku Cik Ditiro – Jl. R.P.Soeroso – Jl. Cikini lalu kembali ke Stasiun Cikini. Banyak hal yang kami temui salah satunya UPT (Ubin Pemandu Tunanetra) /jalur kuning untuk tunanetra. Namun ada kejanggalan.

Di atas jalur UPT itu terlihat  ada beberapa kabel listrik yang kendor dan membahayakan jika tersentuh pejalan kaki tunanetra yang berbadan tinggi.

Kondisi yang tidak normal ini harus dilaporkan ke dinas terkait. Dengan aplikasi JAKI. Pelaporan pelayanan publik ini direspon dengan cepat. Tidak hanya dilaporkan. tetapi direspon oleh Suku Dinas Bina Marga Kota Jakarta Pusat. 

Laporan di atas termasuk dalam laporan kategori jaringan listrik. Kategori pelaporan lainnya: Bantuan Sosial, Ambulans Gawat Darurat, Bantuan Pendidikan dan Gedung sekolah dan kategori pelayanan lainnya. Pembaca bisa mengunduhnya di Google Playstore.

Semoga aplikasi JAKI dan Pemprov DKI makin maju untuk menata kota kita tercinta sehingga dapat menjadi contoh kota yang ramah dengan disabilitas khususnya tunanetra.

Perjumpaan dengan Ibu Ita

PAUD Marunda Pitung menjadi Sahabat LDD KAJ sejak tahun 2008. LDD KAJ memberi dukungan ibu-ibu setempat yang tergerak memberi pendidikan untuk anak-anak di perkampungan. POSYANDU, perbaikan gizi, & pendidikan calistung, serta pendidikan bagi para guru PAUD. Di tahun 2020, LDD KAJ memberi penyegaran pada kurikulum PAUD tersebut. Suster Lia RGS menyusun kurikulum berbasis karakter dengan mengadopsi kurikulum IHF (Indonesia Heritage Foundation). Disesuaikan dengan kondisi lapangan, guru-guru yang banyak hanya lulusan SMP,  & suami pekerja empang & kerja informal.

Sejarah ini kami dapat ketika Kamis 4  Maret 2021 berkunjung ke rumah belajar Mutiara Pitung, salah satu PAUD binaan LDD KAJ. Kali ini LDD meminta kesediaan Ibu Ita, pimpinan PAUD Marunda  Pitung, Marunda, Jakarta Utara, untuk memberi testimoni mengenai pentingnya karakter toleransi pada anak yaitu dalam hal menerima perbedaan di sekitarnya. Beberapa contoh diantaranya adalah seperti bagaimana anak bisa menerima teman yang berbeda warna kulit, berbeda bentuk tubuh, rambut,dan lain-lain. Toleransi diperlukan untuk menghindari tindakan bully dan tindakan intoleran lainnya.

Kesaksian Ibu Ita, yang secara langsung terjuan mendidik anak nelayan pesisir utara ini, diharpkan mampu menggerakkan hati penonton video Gue LDD. Ibu Ita yang hanya lulusan pendidikan kejar paket, mau dan bisa memajukan anak-anak supaya tidak berpengetahuan saja, tapi juga anak yang memiliki sopan santun, beriman, sayang teman, dan berpengetahuan.

Di akhir perjupaan, Ibu Ita menyampaikan kepada Bapak Rusmadi dan Bapak Ferry keinginnannya lebih maju, ingin dibekali teknik membuat modul pembelajaran, dan bersedia mengajar dengan LDD untuk membuka PAUD baru; karena kerinduannya adalah membuat anak-anak di kampung nelayan maju.

Success Story Pembuatan Akta Kelahiran di Rorotan, Jakarta Utara

Masih banyak Warga Negara Indonesia yang masih belum memiliki identitas kependudukan seperti KTP, KK, dan Akta Kelahiran. Contohnya adalah Pak Arif, seorang buruh tani yang tinggal di Rorotan dengan mengontrak sebuah rumah petakan dekat tempat ia bekerja. Pak Arif memiliki seorang istri yang bernama Bu Yana. Pasangan ini dikaruniai dua orang buah hati. Namun, kedua orang anak mereka yang bernama Arya (enam tahun) dan Sidiq (dua tahun) belum memiliki Akta Kelahiran. Saya mendapatkan informasi ini dari Debby. Beliau adalah seorang pengajar sekaligus ketua komunitas Anak Belajar di Rorotan yang bertugas untuk mendampingi anak – anak di wilayah ini. Debby lantas menghubungi saya dan bertanya apakah LDD dapat membantu pendampingan dan pembuatan akta.

Pada tanggal 13 Februari yang lalu, saya diperkenalkan oleh Debby kepada Bu Yana. Kemudian saya mencoba untuk melakukan assement secara daring dengan Bu Yana. Saya membuat janji untuk bertemunya secara tatap muka dan mendengarkan permasalahan yang dia alami. Lalu pada tanggal tanggal 15 Februari, saya bertemu Bu Yana di rumahnya yang terletak di Rorotan IX, Jakarta Utara. Ia bercerita tentang kehidupan keluarganya yang pas – pasan. Pak Arif hanya merupakan seorang buruh tani yang penghasilannya Rp. 200.000 per bulan. Sedangkan Bu Yana sendiri hanya merupakan seorang ibu rumah tangga yang berjualan ikatan dari jerami untuk mengikat sayur. Hasil pekerjaannya itu diberi harga Rp. 3.000 per ikat.

Meskipun memiliki banyak kekurangan dalam hal finansial, keluarga ini tidak pernah putus asa. Mereka berusaha semampunya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga. Terkadang mereka juga berpuasa karena tidak memiliki uang untuk memberi beras atau lauk pauk. Segala upaya dilakukan mereka menghemat pengeluaran demi keberlansungan hidup keluarga.

Tanggal 18 Februari, tim LDD berangkat menuju kantor Kelurahan Rorotan untuk bertemu Bu Maria Tobing selaku Kepala Pelaksana Dukcapil Kelurahan Cakung Timur. Tetapi beliau tidak ada di tempat karena melakukan work from home. Stafnya, bu Lena, membuatkan janji untuk kita bertemu dengan Bu Maria pada hari Jumat, 19 Februari 2021 pukul 14.00 WIB. Hari Jumat, tim LDD bertemu dengan Bu Maria dan akhirnya proses pembuatan Akta Kelahiran dapat dimulai. Beliau meminta tim LDD untuk melengkapi data yang kurang yaitu Surat Keterangan Lahir. Tetapi, anak Pak Arif yang bernama Arya, tidak lahir di klinik atau bidan sehingga harus dibuatkan Surat Pernyataan Pertanggung Jawab Mutlak (SPTJM). Akhirnya pada tanggal 22 Februari, dengan bantuan Ibu Maria Tobing, Arya dan Sidiq mendapatkan Akta Kelahiran mereka.

Dengan keberhasilan pembuatan Akta Kelahiran anak, besar harapan mereka untuk Arya dapat bersekolah di sekolah negeri dengan biaya yang ringan. Dengan mendapatkan pendidikan yang lebih layak, Pak Arif dan Bu Yana berharap agar kedua anaknya tidak bernasib sama seperti mereka. Mereka juga berharap untuk mendapat keringanan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Divisi Karitatif LDD KAJ juga berperan memberikan bantuan natura. Keluarga ini sangat berterimakasih kepada LDD KAJ karena sudah dibantu dalam proses pembuatan akte dan juga diberi sumbangan natura.